Skip to main content

Bukti Ikhlas (KH. MOH. MA'SHUM YUSUF)


Ijin copas tulisan alumni Arrisalah dari Sulawesi Sulhansyah Jibran di FB Kamis 14-5-2002

IKHLAS ITU...

Setiap kata akan menghadirkan gambaran tersendiri dalam benak. Dalam Ilmu Mantik kita kenal dengan istilah “Tasawwur”. Seperti menulis sebuah kata di laman pencarian Google Image, maka otomatis gambar akan keluar sesuai urutan relevansinya. Ketik kata “ganteng”, maka kemungkinan akan keluar gambar artis-artis itu, dan kemungkinan kecil gambar saya. Namun di mana pun kata “ikhlas” terucap, maka otak saya akan menggambarkan dua sosok di urutan paling pertama; Nabi Muhammad Saw, dan guru mulia saya, Kyai Haji Drs. Muhammad Ma’shum Yusuf.

Seperti santri2 lain pada umumnya, tentu saya mengidolakan dan menghormati beliau. Namun terlalu segan untuk berbicara dengannya. Interaksi bersama beliau pun terbatas di beberapa kesempatan saja, seperti saat belajar di kelas yg beliau ampu, atau saat ia membersamai kami melakukan pekerjaan bersih2 pondok. Ya, seperti itulah kesederhanaan yg selalu beliau tampilkan dan ajarkan pada kami. Tidak heran beberapa org tua santri ada yg salah mengira, jika beliau merupakan pekerja penyapu jalanan pondok. Setiap sore, beliau akan terlihat mengendarai sepeda ontelnya mengelilingi pondok, lalu menyapu jalan2 yg masih kotor.

Meski demikian, ada satu momen yg sangat berkesan bersama beliau. Yaitu saat mengunjungi pondok setelah 6 tahun kelulusan. Saat itu sya baru menyelesaikan S1 di al-Azhar. Sempat kebingungan untuk melanjutkan studi di Mesir lagi, atau melanjutkan di Indonesia saja. Maka sya putuskan untuk meminta pendapat Pak Kyai.

Obrolan itu berlangsung lama. Selepas Shalat Ashar, sampai adzan Magrib berkumandang. Dan itu adalah kali pertama sya berkesempatan berbincang dgn beliau untuk waktu yg sangat lama. Jawaban beliau sungguh menenangkan. “Jika kamu masih diberi Allah kesempatan untuk belajar di sana, makan jangan disia2kan. Lanjutkan saja.” Sungguh keputusan yg tepat untuk menemui beliau dan melepas rindu saat itu. 

Kemudian obrolan berlanjut dgn nasehat2 menyejukkan khas belau, “Berjuang itu jangan takut. Jangan takut miskin, jangan dipikir. Sekarang sya sedang membangun gedung ini (gedung umawi, tempat kami berbicara sore itu) untuk acara reuni akbar alumni. Ya saya kerjakan saja, niatkan ibadah lillahi ta’ala. Bahannya ada yg kurang. Namun tadi siang tiba2 ada seorang bapak mengantar satu mobil berisi balok kayu untuk digunakan. Bahkan kemarin, ada seorang yg datang dan memberikan sejumlah uang untuk biaya pembangunan. Saya gak pernah meminta, namun Allah selalu membantu orang2 yg berjuang di jalanNya. Karena akhirat dan ridhaNya yg kita cari.” Saya dan 2 teman lainnya mengangguk2 ta’dzim dan kagum mendengarkan mutiara2 hikmah dari beliau.

***

Berbicara ttg keikhlasan, saya langsung teringat kisah beberapa tahun silam. Saat itu sya masih menjadi mahasiswa baru di ISID (sekarang UNIDA) Gontor. Dalam satu kuliah yg diampu seorang dosen alumni Pakistan, yg juga kyai pengasuh di Pesantren Walisongo, sang dosen menjelaskan ttg keikhlasan. Setelah menjelaskan panjang lebar, beliau pun berkata,
 “kalau membahas keikhlasan, saya ingat satu sosok. Di sini ada yg dari Pondok Arrisalah?” 
Saya dan 2 orang teman pun mengangkat tangan menjawab pertanyaan tsb. 
“Pak Kyai Ma’shum sehat kan?
“Alhamdulillah sehat, Ustad.”
“Pak Ma’shum ini salah satu sosok yg ikhlas dan semangat dalam berjuang. Dulu waktu masih nyantri di Gontor, beliau biasa mengendarai sepeda berjam2 dari rumahnya, menempuh jarak berkilo2 hanya untuk mengajar. Beliau sampai di Gontor setiap Shalat Subuh. Bayangkan jam berapa beliau memulai perjalanan setiap harinya?!”
Seluruh kelas terdiam mendengarkan.
“Masjidnya sudah jadi?” Tanya beliau lagi kepada kami. 
“Masih belum, Ustad.” Jawab kami singkat. 
“Rumah beliau sudah ada?” Tanyanya lagi.
“Belum, Ustad.” 
“Seperti itulah keikhlasan beliau sejak dulu dalam berjuang. Selalu mendahulukan perjuangan dari diri sendiri. Tempat tinggal beliau di mana sekarang? Masih di ruangan yg samping kelas itu?”
“Iya masih, Ustad.” 
Sang dosen pun terdiam. Terlihat raut haru di wajahnya, seperti sedang bernostalgia dengan kenangan masa lalu. 

***

Sungguh, begitu banyak hikmah dan pelajaran yg bisa diteguk dari sosok sederhana beliau. Seorang Kyai yg berjuang penuh keikhlasan. Tanpa pernah mengharap syukur atau sorotan dari manusia. Seorang Kyai yg lebih memilih tinggal di bilik gedung yg sama dengan santri2nya. Memakan nasi yg sama dengan santri2nya. Enggan membangun rumah sebelum masjid yg ingin dibangunnya selesai, meski itu memakan waktu bertahun2.

Terakhir melihat video pesan2 beliau kepada santri2 yg akan diwisuda, tak terasa air mata jatuh. Sosok yg dulunya kuat dan gagah, kini terlihat lemah dan kurus di atas kursi rodanya. Suaranya yg dulu lantang dan keras saat mengajari dan menasehati, bahkan memarahi kami, kini pelan, terbata2, bahkan sesekali sulit untuk keluar dari bibir beliau. Dua ayat yg selalu beliau sampaikan pada kami dahulu terdengar begitu pelan, 

"أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولى الأمر منكم"
"إن تنصروا الله ينصركم ويثبت أقدامكم"

Seakan ingin berteriak pada kami bahwa Allah adalah prioritas. Bahwa Rasulullah Saw adalah panutan utama dalam perjuangan. Dan pemimpin serta orang tua adalah sosok yg harus dipatuhi dan dihormati. Bahwa tugas utama kita adalah berjuang sampai mati menolong agama Allah di mana pun, kapan pun, dengan cara apa pun. Namun teriakan itu tertahan oleh tubuh yg sudah tidak mendukung.

Bahkan beberapa waktu yg lalu kondisinya sempat sangat mengkhawatirkan dan terpaksa harus dirawat di Rumah Sakit. Namun jika melihat wajah beliau, api perjuangan itu seakan masih berkobar. Tak pernah padam, meski kobaran semangat itu terhalang oleh fisik yg sudah melemah dan menua.  Sungguh, masih banyak yg ingin kami teguk dari lautan ilmu dan kebijaksanaan beliau.

Teriring doa dan salam yg tak terputus dari kami, santri2mu yg lalai, yg masih jauh dari mencontoh keikhlasan dan perjuanganmu. Yg masih terlalu sibuk dgn diri sendiri dan lupa berjuang, yg tesisnya tidak rampung2 dan melupakan banyak kewajiban. Semoga Allah masih memberi kesehatan dan kesempatan untuk bertemu dan menimba ilmu darimu. Setidaknya kami tahu, sosok seperti apa yg ingin kami tiru jika kembali ke masyarakat nanti. Perjuangan seperti apa yg akan kami lakukan untuk agama kami. Dan seperti itulah akan kami didik anak2 dan santri2 kami nanti.

Sehat selalu, kyai kami, guru kami, ayahanda kami, Kyai Haji Drs. Muhammad Ma’shum Yusuf.

Kamis 21 Ramadan 1441 H/ 14 Mei 2020

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

99 KATA-KATA HIKMAH BAHASA ARAB (محفوظات)

99 KATA-KATA HIKMAH BAHASA ARAB (محفوظات) 1. ﻣَﻦْ ﺟَﺪَّ ﻭَﺟَﺪَ 1. Barang siapa bersungguh-sungguh, dapatlah ia. 2. ﻣَﻦْ ﺻَﺒَﺮَ ﻇَﻔِﺮَ 2. Barang siapa sabar beruntunglah ia. 3. ﻣَﻦْ ﺳَﺎﺭَ ﻋَﻠﻰَ ﺍﻟﺪَّﺭْﺏِ ﻭَﺻَﻞَ 3. Barang siapa berjalan pada jalannya sampailah ia 4. ﻣَﻦْ ﻗَﻞَّ ﺻِﺪْﻗُﻪُ ﻗَﻞَّ ﺻَﺪِﻳْﻘُﻪُ 4. Barang siapa sedikit benarnya/kejujurannya, sedikit pulalah temannya. 5. ﺟَﺎﻟِﺲْ ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟﺼِّﺪْﻕِ ﻭَﺍﻟﻮَﻓَﺎﺀِ 5. Pergaulilah orang yang jujur dan menepati janji. 6. ﻣَﻮَﺩَّﺓُ ﺍﻟﺼَّﺪِﻳْﻖِ ﺗَﻈْﻬَﺮُ ﻭَﻗْﺖَ ﺍﻟﻀِّﻴْﻖِ 6. Kecintaan/ketulusan teman itu, akan tampak pada waktu kesempitan. 7. ﻭَﻣَﺎﺍﻟﻠَّﺬَّﺓُ ﺇِﻻَّ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟﺘَّﻌَﺐِ 7. Tidak kenikmatan kecuali setelah kepayahan. 8. ﺍﻟﺼَّﺒْﺮُ ﻳُﻌِﻴْﻦُ ﻋَﻠﻰَ ﻛُﻞِّ ﻋَﻤَﻞٍ 8. Kesabaran itu menolong segala pekerjaan. 9. ﺟَﺮِّﺏْ ﻭَﻻَﺣِﻆْ ﺗَﻜُﻦْ ﻋَﺎﺭِﻓًﺎ 9. Cobalah dan perhatikanlah, niscaya kau jadi orang yang tahu. 10. ﺍُﻃْﻠُﺐِ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻤَﻬْﺪِ ﺇِﻟﻰَ ﺍﻟﻠَّﺤْﺪِ 10. Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang kubur. 1...

Kumpulan Makhfudzot (Kata-kata Mutiara)

Kumpulan Makhfudzot (Kata-kata Mutiara beserta Terjemahannya) 1. مَنْ جَدَّ وَجَدَ 2. مَنْ سَارَ عَلَى الدَرْبِ وَصَلَ 3. مَن صَبَرَ ظَفِرَ 4. مَنْ قَلَّ صِدْقُهُ قَلَّ صَدِيْقُهُ 5. جَالِسْ أَهْلَ الصِدْقِ وَ الوَفَاءِ 6. مَوَدَّةُ الصَدِيْقِ تَظْهَرُ وَقْتَ الضِيْقِ 7. وَمَااللَّذَّةُ إِلاَّ بَعْدَ التَعَبِ 8. الصَبْرُ يُعِيْنُ عَلَى كُلِّ عَمَلٍ 9. جَرِّبْ وَلاَحِظْ تَكُنْ عَارِفًا 10. اطْلَبِ العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلىَ اللَحْدِ 11. بَيْضَةُ اليَوْمِ خَيْرٌ مِنْ دَجَاجَةِ الغَدِ 12. الوَقْتُ أَثْمَنُ مِنَ الذَهَبِ 13. العَقْلُ السَلِيْمُ فىِ الجِسْمِ السَلِيْمِ 14. خَيْرُ جَلِيْسٍ فىِ الزَمَانِ كِتَابٌ 15. مَنْ يَزْرَعْ يَحْصُدْ 16. خَيْرُ الأَصْحَابِ مَنْ يَدُلُّكَ عَلَى الخَيْرِ 17. لَوْلاَ العِلْمُ لَكَانَ النَاسُ كَالبَهَائِمِ    18. العِلْمُ فىِ الصِغَرِ كَالنَقْشِ عَلَى الحَجَرِ 19. لَنْ تَرْجِعَ الأَيَّامُ التِى مَضَتْ 20. تَعَلَّمَنْ صَغِيْرًا وَاعْمَلْ بِهِ كَبِيْرًا 21. العِلْمُ بِلاَ عَمَلٍ كَالشَجَرِ بِلاَ ثَمَرٍ 22. الإِتِّحَادُ أَس...

MENGENANG KH. MA’SUM YUSUF, TELADAN KESEDERHANAAN

"Siapa berani memaksa diri, untuk bisa dan berusaha.  Mustahil takkan berhasil " ( KH. Ma’sum Yusuf) Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Al-baqaau lillah. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Hati ini tersentak kaget saat mendengar berita lelayu, KH. Ma’sum Yusuf, Pimpinan Pondok Modern Ar-Risalah, Slahung, Ponorogo telah berpulang ke rahmatullah. K.H. Ma’sum Yusuf adalah sosok teladan kesederhanaan. Bahkan hingga wafatnya, rumah beliau adalah satu ruangan di pondok yang disekat menjadi rumah. Setiap hari, ke mana-mana menggunakan sepeda onthel nya. Masjid di belakang adalah perwujudan cita-cita beliau. "Saya tidak akan membangun rumah buat saya sebelum masjid ini jadi", begitu tekad beliau. Masjid Pesantren Ar-Risalah menurut saya adalah satu bangunan ikonik yang unik. Jika di berbagai tempat lain, kebanyakan bangunan masjid berbentuk segi empat, maka di Pondok Modern Ar-Risalah bangunan masjidnya berbentuk melingkar. Bangunan ibadah yang besar ini t...